Kisah Israiliyat: Apa Itu dan Bagaimana Sikap Muslim?

Kisah Israiliyat - Haiterigas


Kisah israiliyat adalah kisah-kisah atau kabar tentang masa lalu, baik kisah tentang para nabi atau orang-orang shalih lainnya, yang bersumber dari ahli kitab, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani. Nama israiliyat berasal dari kata Israil, yang merupakan nama lain dari nabi Ya’qub as, kakek dari Bani Israil.

Kisah-kisah israiliyat banyak ditemukan dalam kitab-kitab tafsir alquran, karena para mufassir sering mengambil informasi tambahan dari ahli kitab untuk menjelaskan ayat-ayat yang berkaitan dengan kisah para nabi atau sejarah umat terdahulu. Namun, tidak semua kisah israiliyat itu benar dan dapat dipercaya, karena banyak di antaranya yang bertentangan dengan alquran, sunnah, atau akal sehat.

Lalu, bagaimana sikap seorang muslim terhadap kisah israiliyat? Apakah boleh meriwayatkannya, membenarkannya, atau menolaknya? Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini, namun secara umum mereka membagi kisah israiliyat menjadi tiga kategori, yaitu:

  • Kisah israiliyat yang sesuai dengan alquran atau sunnah. Kisah ini boleh diterima dan dibenarkan, karena telah ada dalil yang kuat yang menunjukkan kebenarannya. Contohnya adalah kisah Nabi Musa as yang mencari Khidir as, yang disebutkan dalam alquran surat al-Kahfi ayat 60-82, dan juga diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ubay bin Ka’ab ra.

  • Kisah israiliyat yang bertentangan dengan alquran atau sunnah. Kisah ini harus ditolak dan didustakan, karena telah ada dalil yang jelas yang menunjukkan kebatilannya. Contohnya adalah kisah Nabi Isa as yang dikatakan sebagai putra Allah, atau kisah Nabi Dawud as yang dituduh berzina dengan istri seorang prajuritnya, yang dibantah oleh alquran surat Shaad ayat 21-26.

  • Kisah israiliyat yang tidak ada dalil yang mendukung atau menentangnya. Kisah ini harus disikapi dengan tawaqquf, yaitu tidak membenarkan dan tidak menolaknya, karena tidak ada bukti yang dapat dipakai sebagai hujjah. Contohnya adalah kisah Nabi Sulaiman as yang menikahi ratu Balqis, yang tidak disebutkan dalam alquran maupun hadits yang shahih.

Dari ketiga kategori di atas, dapat disimpulkan bahwa kisah israiliyat bukanlah sumber yang dapat dijadikan rujukan dalam memahami alquran atau sunnah, karena banyak yang mengandung kesalahan, kebohongan, atau penyimpangan. Oleh karena itu, seorang muslim harus berhati-hati dalam menyikapi kisah israiliyat, dan tidak mudah terpengaruh olehnya. Sebaiknya, seorang muslim selalu mengembalikan segala sesuatu kepada alquran dan sunnah, yang merupakan sumber utama dan paling benar dalam agama Islam. Wallahu a’lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama